Minggu, 04 Mei 2008

Lapar

Saya kembali meringkuk di kasur yang lapuk itu. Keras, karena kapuknya sudah mati. “Tuhan, sayangkan sama saya? Kirimilah saya makanan.” saya pun mencoba tidur, kata Ayah dengan tidur rasa lapar bisa berkurang. Tapi bagaimana saya bisa tidur dengan perut yang sakit seperti ini.

“Neh, makan!” Ayah melemparkan sepotong roti kepada saya.

“Kok hanya roti Yah? Ini tidak akan membuat perutku kenyang.”

“Anak gak tau diri. Sudah ku bilang Ibumu belum pulang.”

“Kalau ibu belum juga pulang, lalu kenapa bukan Ayah saja yang melonte untuk makan kita hari ini.”

“Hah …Apa kau bilang ?!!” Satu tamparan keras mendarat di pipi saya.

Tidak ada komentar: